WELCOME

WELCOME

Wednesday, April 20, 2011

Belajar Sukses dari Ayam Bakar Mas Mono



Belajar Sukses dari Ayam Bakar Mas Mono


“Kalau orang lain mungkin sudah mikir macam-macam. Wah ini tanda sepi, nggak laku, karena baru mau jualan ayamnya sudah jatuh. Saya menggunakan otak kanan, selalu optimis dan percaya diri”

Menurut Agus Pramono (34), sukses tidak harus punya rumah mewah dan mobil banyak. Cukup dengan terpenuhi segala kebutuhan. Itu saja.

Mono, begitu ia biasa disapa, menjalani hidup dengan penuh lika-liku, hingga akhirnya memutuskan berbisnis. Mulai dari pengangguran, office boy, jualan pisang keliling, dan jadi pedagang kaki lima sudah pernah ia jalani.

Saat berjualan ayam bakar di Jl. Soepomo, Jakarta Selatan, awalnya ia hanya menggelar tenda seadanya. Dagangnya juga harus bergilir. “Ya namanya dagang kaki lima. Saya dagang dari pagi sampai siang. Habis nggak habis harus tutup jam dua siang. Diganti pedagang lain yang menjual nasi goreng, pecel lele dan seafood,” ungkap pemilik 8 cabang Ayam Bakar Mas Mono ini.

Ketika masih menjadi office boy di perusahaan swasta pada 1999, Mono selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar komputer. Menurutnya, mengisi waktu luang dengan hal yang positif akan meningkatkan kualitas hidupnya.

Keyakinan itu terbukti dengan diangkatnya ia menjadi supervisor. Namun pada 2001 ia memutuskan keluar dari perusahaan. Kemudian jualan gorengan keliling di sekitar Pancoran, Jakarta Selatan.

Keputusan untuk keluar dari perusahaan dan memilih usaha keliling tergolong sangat nekad. Tapi bagi Mono, memulai usaha itu tidak perlu banyak mikir. Yang terpenting adalah action. Hingga kemudian ia memutuskan berjualan ayam bakar.

Terus Optimis

Karena belum mahir mendorong gerobak, pernah suatu ketika ayam dagangan jatuh ke pasir. “Kalau orang lain mungkin sudah mikir macam-macam. Wah ini tanda sepi, nggak laku, karena baru mau jualan ayamnya sudah jatuh. Saya menggunakan otak kanan, selalu optimis dan percaya diri,” ucap pria asli Madiun ini.

Hampir 8 tahun Pramono berjualan, akhirnya ayam bakar yang ia olah mampu menarik minat pembeli. Kombinasi antara menu yang enak dan ketekunan, mulai membuahkan hasil. Warungnya yang semula hanya menghabiskan lima ekor ayam, mulai mampu menjual 80 ekor ayam per hari. Karyawan yang semula hanya satu orang bertambah menjadi beberapa orang.

Menjual jasa catering ke beberapa stasiun televisi menjadi jalan suskses Ayam Bakar Mas Mono. Hingga kini, tak kurang 600 ekor ayam ia sajikan per hari. Kunci suksesnya adalah keyakinan dan aplikasi kata mutiara yang sering diucapkan banyak orang.

“Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Mungkin kata-kata itu sangat sederhana dan tiap orang sudah tahu. Tapi kalau benar-benar di terapkan, bisa menuntun hidup seseorang kearah yang lebih baik. Saya merasakan sendiri kebenaran kata-kata itu,” pungkasnya.(*)

No comments:

Post a Comment