WELCOME

WELCOME

Monday, July 25, 2011

Bisnis Ayam Goreng Tetap Bertahan


Bisnis Ayam Goreng Tetap Bertahan

SEMARANG – Mempertahankan usaha sejak 1979 hingga sekarang bukan perkara mudah. Apalagi di tengah maraknya usaha kuliner di kota Semarang. Berbagai usaha kuliner dengan aneka menu makanan menghiasi penjuru kota lunpia. Mulai traditional food, chinese food sampai masakan melayu. Ayam Goreng Remaja di Jalan MT Haryono merupakan salah satu kuliner khas Semarang berusia 35 tahun.

Awalnya usaha yang dirintis Jhonny Suherman dan Sri Sulistyowati menggunakan gerobak dorong berkeliling kampung. Kemudian berkembang pada 1980 dengan membuka Rumah Makan di Jalan Gajah Mada. ”Saat itu dalam sehari habis 150 ekor. Bahkan dapat mengantongi omzet sekitar Rp 7 juta- Rp 8 juta per hari,” tutur Jhonny, kemarin. Ayam yang dipilih Jhonny bukan ayam biasa.

Ia menggunakan bahan baku ayam pejantan berusia sekitar tiga bulan. Menurut dia, ayam tersebut lebih enak dan gurih untuk dimasak. Cara meramu masakan ayam goreng juga terbilang istimewa. Jhonny menggunakan resep keluarga turun temurun kaya akan bumbu rempah.

Maka tak heran, saat itu setiap hari ramai dikunjungi pembeli. Lambat laun, eksistensi usahanya benar-benar dipertaruhkan. Pelaku usaha ayam goreng terus mewabah. Persaingan semakin ketat. Kini usahanya diteruskan ke putra ketiganya Bagyo Gunawan. Usahanya justru semakin dikenal dengan banyak pelanggan.

Inovasi

Bagyo menuturkan, tidak mudah mempertahankan usaha hingga puluhan tahun di tengah maraknya usaha kuliner serupa. Dibutuhkan inovasi baru agar bisnis yang digelutinya terus bertahan.

Ia lantas mencoba bekerja sama dengan produsen bandeng membuat bandeng kropok. Bandeng tersebut ia ambil dari perajin Krobokan, Semarang. Tak hanya dimakan, resep barunya itu bisa dibawa pulang dalam bentuk kemasan. Bahkan, ia berangan-angan mengemas bandeng tersebut dalam bentuk vakum. ”Bandeng kropok tidak hanya dimakan langsung di tempat.

Kami mencoba mengemas bandeng ini dengan vakum. Sehingga lebih awet dan tahan lama. Harapannya, bisa dipasarkan ke sejumlah kota atau ke mancanagera,” katanya. Bagyo mencoba memasarkan bandeng kropok cabut duri ke sejumlah kota seperti Bandung, Bali, Jakarta dan Batam. Serta, pasar ekspor Malaysia dan negara Asia Tenggara.

Untuk tahap pertama, ia memasarkan sekitar 50-100 kilogram bandeng kropok. Ia berharap bandeng kropok miliknya dapat diminati konsumen.

No comments:

Post a Comment