WELCOME

WELCOME

Sunday, September 25, 2011

Peluang Usaha Di Surabaya Paling Populer Tahun 2016






Surabaya dikenal sebagai kota pahlawan dengan hawa panasnya, hal tersebut dikarenakan dekat dengan pantai dan pusat industry. Mengembangkan bisnis di Surabaya merupakan hal yang cukup bagus, apalagi ditahun 2016. Begitu banyak peluang usaha yang menjanjikan ditahun 2016 yang bisa dijalankan.

Ingin tahu, jenis bisnis apa saja yang populer di Surabaya? Yuk baca selengkapnya!!!

Meski memiliki tingkat persaingan tinggi, masih ada peluang usaha di Surabaya yang sangat prospektif untuk dijalankan. Bahkan tingkat kepopulerannya melebihi bidang usaha lainnya. Bisnis tersebut adalah otomotif dan kuliner.

Jenis Usaha Yang Populer Di Surabaya

1. Bisnis otomotif

Jenis peluang usaha di Surabaya bidang otomotif mengalami lonjakan tajam. Kondisi ini bisa dibuktikan melalui berbagai ulasan media seperti tabloid atau majalah yang mengulas tentang peluang usaha di Surabaya tersebut.

Bisnis otomotif memang sangat menggeliat di sana. Jenis peluang usaha di Surabaya ini tidak hanya berkaitan dengan penyediaan kendaraan saja, namun juga peluang lain yang memiliki hubungan dengan dunia tersebut.

Salah satu contoh peluang usaha di Surabaya yang berkaitan dengan otomotif yaitu jual beli aksesoris kendaraan dan pernak-perniknya. Bisnis ini menjanjikan prospek yang sangat bagus karena jumlah pemakai kendaraan di kota tersebut terus mengalami peningkatan.

Jenis usaha di Surabaya bidang otomotif tidak terbatas dalam urusan aksesoris saja. Masih banyak peluang lain yang dapat dikembangkan. Misalnya jasa cuci motor, cuci helm, bengkel kendaraan, jasa modifikasi dan sebagainya.

Peluang Usaha di Surabaya Paling Populer Tahun 2016

2. Bisnis kuliner

Sebagai kota yang padat penduduknya, ada banyak peluang usaha di Surabaya dengan pangsa pasar yang sangat luas. Salah satunya yaitu bisnis makanan atau kuliner. Surabaya merupakan kota yang jumlah pendatangnya cukup banyak.

Jadi peluang usaha di Surabaya bidang kuliner yang dapat dikembangkan tidak hanya berupa makanan khas Jawa Timur saja, tetapi juga makanan tradisional dari daerah lain seperti Solo, Yogyakarta, Bandung bahkan hingga makanan khas dari luar Jawa.

Jika tidak memiliki modal besar atau kemampuan yang mencukupi, tidak perlu takut. Masih banyak peluang usaha di Surabaya bidang kuliner yang dapat dicoba. Misalnya dengan sistem waralaba atau franchise. Kota ini menyediakan banyak sekali jenis franchise yang bisa dipilih untuk dikembangkan.

Bagi yang lebih tertarik membuka bisnis rumahan, bisa membuka usaha di Surabaya berupa produk-produk makanan kecil atau cemilan. Hasilnya dapat dititipkan di warung atau dijual sendiri pakai gerobak. Bahkan jika memenuhi syarat, dapat ditawarkan ke super market atau mall. Sebagai kota besar, tentu Surabaya memiliki banyak mall dan super market.

Itulah sekilas ulasan tentang peluang usaha di Surabaya dan sekitarnya. Semoga info ini bisa memberi inspirasi untuk membuka bisnis di kota tersebut.

Monday, September 19, 2011

Bisnis ayam kampung, rezeki orang kota


Bisnis ayam kampung, rezeki orang kota

Sindonews.com - Ketika sebagian besar peternak ayam terlena dengan kokok ayam broiler, ternyata kokok ayam kampung masih mempunyai harapan bagi para peternak ayam.

Di tengah gempuran para pemodal besar yang siap menjamin pasar ayam broiler, masih ada yang membuktikan produk kampung tidak berarti rejekinya kampungan. Dari sebidang lahan di Kampung Burangkeng, Setu, Bekasi, Bambang Krista membuktikan jika ayam kampung bisa menjadi rezeki kota.

Berawal sejak tahun 1990, Bambang telah mulai menggeluti bisnis ternak ayam tersebut. Mengawali karier dengan ayam broiler, akhirnya lulusan Fakultas Peternakan Undip Semarang ini memutuskan beralih ke ayam kampung. Peralihan itu disebabkan kondisi krisis 1998 yang mengguncang kondisi penjualan ayam broiler, di mana harga pakannya naik drastis mengikuti harga tukar dolar saat itu.

Akibatnya, banyak peternak yang kehabisan modal karena harga jual pun ternyata jatuh. “Waktu itu ekonomi lagi sulit, orang beli beras saja sudah bagus,”ucapnya. Namun, kondisi tersebut tidak mematahkan semangat pria kelahiran 5 Oktober 1963 di Solo ini untuk bangkit kembali bersama dengan bisnis peternakan ayam.

Pada tahun 2005 Bambang memulai usaha DOC (daily old chicken) atau ayam umur sehari. DOC juga dikenal sebagai pithik di kalangan masyarakat Jawa. Pada lahan seluas tiga hektar, usaha tersebut menyasar segmen pasar secara umum. Baik itu pengusaha yang berniat melakukan diversifikasi, ataupun para calon pengusaha ayam kampung yang ingin belajar.

Dalam usahanya, pria asal Solo ini mempunyai tiga produk utama, yaitu DOC, telur, dan ayam konsumsi. DOC juga dapat dibagi dua, yaitu kelas super dan kelas murni. Sedangkan, ayam konsumsi dapat dibagi dua, yaitu dalam kondisi hidup ataupun kondisi siap yang diolah.“Untuk DOC yang kelas super itu, berarti ayam dari hasil persilangan dengan berbagai jenis,”jelasnya.

Bambang juga menjelaskan jika di peternakannya dalam seminggu produksi DOC dapat mencapai 40.000, kemudian telur bisa mencapai 10.000 butir. Sedangkan, produksi ayam konsumsi bisa melayani 1.500 per hari. “Suplai ayam konsumsi untuk usaha ayam goreng di Jabodetabek,”ujarnya.

Dengan harga jual untuk DOC sebesar Rp4.000– 5.000 per ekor, Rp1.200–1.500 per butir untuk telur, dan Rp25.000 Rp35.000/kg untuk ayam konsumsi, serta Rp28.000/kg untuk ayam hidup. Walaupun sempat berat di awal usahanya akibat sulitnya mencari pinjaman dalam memulai usaha ayam kampung ini, kini ia boleh berbangga dengan omzetnya dalam sebulan yang mampu menembus Rp400 juta.

Kondisi ini tentu saja berbeda dengan dulu, bahkan kini semakin banyak tawaran berbagai bank untuk meminjamkan modal usaha kepadanya. Sebelum berkembang menjadi produk DOC, Bambang memilih memulai usahanya dengan produk telur ayam kampung. Pemilihan untuk berawal dari telur karena telur lebih aman dibanding ayam, sehingga bagus jika kita baru merintis usaha.

Produk telur dapat disimpan hingga jangka waktu tiga minggu, berbeda dengan ayam yang harus segera dijual jika tidak mau pembeli lari karena berat ayam yang tidak sesuai permintaan sedangkan telur cukup hanya dengan mengawasi kondisi tempat penyimpanan. Keuntungan lainnya ialah kita tidak perlu memperhatikan berat telur seperti ayam, jadi lebih mudah dalam mengelolanya.

Dalam perkembangannya alumnus Undip ini melihat peluang yang dapat dimanfaatkan. Hal tersebut ia sadari karena masih sedikit pengusaha ayam yang mau menggarap breeding farm ayam kampung karena itu berarti pengusaha hanya mendapatkan uang receh. Karena, konsumen ayam kampung memang masih berada dalam skala menengah, dengan tingkat permintaan 300–500 ekor.

Berbeda dengan bisnis ayam broiler di mana pasar sudah terbentuk mapan untuk konsumsi skala besar. Kondisi tersebut sering dianggap tidak efektif bagi banyak pengusaha, sehingga malas untuk menggarapnya. Sementara, Bambang tetap optimistis untuk menggarap pasar breeding farm ayam kampung tersebut dan untuk itu ia harus sedikit repot dan sabar mengurusi permintaan dari berbagai lokasi.

Kondisi tersebut membuat ia harus membina pelanggannya hingga akhirnya saat ini ia mempunyai pembeli yang secara rutin membeli 4.000 ekor DOC setiap minggunya. “Walaupun ini uang receh, tapi kalau dikumpulkan yalumayan juga,”ucapnya.

Pembinaan pelanggan ini betul-betul ia seriusi, hal ini dapat terlihat dengan diterbitkannya beberapa buku mengenai pengelolaan usaha ayam kampung oleh Bambang Krista. Membuat buku dan mengadakan pelatihan ternyata menjadi sarana promosi yang efektif hingga saat ini.

Kegiatan tersebut memberikan keuntungan dalam dua arah, bagi Bambang dan juga pelanggannya. Kegiatan tersebut berarti membuka peluang seluasluasnya bagi semua orang yang ingin mencoba usaha ternak ayam kampung.

Masih sepinya pasar breeding farm ayam kampung ini juga diakibatkan kebijakan pemerintah yang menjaga korporasi besar untuk tidak turut bermain dalam ternak ayam kampung. Jika pemodal besar ikut bermain, maka dapat dipastikan para peternak lokal tidak akan mampu mengontrol harga produk di pasar. (mai)